Catatan Indera
Kulihat, kudengar, kurasa, kucatat
Wednesday, July 12, 2023
Integritas
Tuesday, June 14, 2022
Perempuan Milenial
Tergesa perempuan itu berjalan
Langkahnya tak lagi beraturan
Melewati banyak orang yang juga tergesa
Menuju stasiun kereta
Cukup tertinggal kereta pertama
Kereta kedua tak boleh terlewat
Jika tak hendak absen terlambat
Yang berarti gaji bulanan disunat
Bergegas dia masuki gerbong yang sebentar lagi melaju
Dia harus berjuang untuk duduk, meski harus saling sikut
Perjalanan satu jam setengah terlalu jauh
Jika harus ditempuh dengan berdiri sepanjang waktu
Satu dua tetes keringat tak lantas membuatnya kuyu
Wajahnya tetap ayu
Polesan make-up nya sempurna selalu
Hasil belajar bertahun-tahun
Orang yang melihatnya hanya tau dia cantik bak artis
Pipi mulusnya merona seperti tak berpori
Mata indahnya diteduhi bulu yang tebal dan lentik
Bibir merahnya selalu dipenuhi senyum manis
Orang tak pernah tau dan tak akan pernah peduli
Berapa banyak sedih dan susah yang ditutupinya dengan sapuan
bedaknya
Berapa banyak air yang mengalir dibalik bulu mata palsunya
Berapa banyak rapalan doa yang mengalun lirih dari bibirnya
Hidup tak selalu ramah dan menyenangkan buatnya
Tapi dijalaninya dengan setia pada suami, anak dan sedikit
temannya
Dihadapinya dengan giat dan profesional di tempat kerja
Dia, sang perempuan tangguh milenial
.......
Kendari, 4 Des 2021
Friday, June 26, 2020
Mimpi
Kita bertemu pagi itu
Dalam suasana yang aduhai syahdu
Kau menatapku penuh rindu dan cinta
Jangan tanya rasa di dada
Tak bisa kugambarkan
Ku berhenti sejenak menatapmu tak percaya
Engkau masih dengan pesona yang sama
Tapi bahkan dalam bahagiaku aku tau
Pertemuan kita pagi itu hanyalah mimpi semu
Aku – entah bagaimana caranya - selalu berhasil mengingat
Sejatinya dunia kita berbeda
Tak mengapa
Kuteruskan mimpi pagi itu
Meski semu, mimpi bersamamu selalu indah buatku
…….
Kendari, 25 Juni 2020
Thursday, June 25, 2020
Gurau
Padamu yang selalu mencandai kehidupan
Yang selalu membalut kata dengan tawa
Hingga menjadi samar kebenaran dan gurauan
Berhentilah! Tersebab gurau yang kau anggap biasa
Ada harap yang menguat lalu menguap
Ada hati yang membuka lalu luka
Thursday, March 22, 2018
Tentang Kamu - 2
Malam sudah cukup larut
Kantuk belum mendatangiku
Kita berbaring bersisian, engkau di kananku
Selalu begitu
Biar aku selalu bisa memelukmu
Aku belum lagi usia belasan ketika itu
Sekelebatan pikiran mampir di kepala:
Bagaimana jika engkau meninggal?
Kututup mataku kuat, berharap pikiran buruk itu segera minggat
Kupeluk engkau sangat erat, hingga engkau berbalik, mungkin tak nyaman
Kubenamkan wajah di punggungmu yang hangat
Sembari terus berdoa engkau diberi umur panjang & selalu dilindungi Allah
Ketakutan menemaniku cukup lama
Malam itu tidurku tak pulas
...
Puluhan tahun kemudian ketakutan itu kembali dengan kadar yang jauh jauh lebih besar
Kali ini bukan sekedar kelebatan pikiran, ini kenyataan
Entah kemana teriakanku di malam berita kepergianmu sampai di telinga
Tangisku tanpa suara
Ada sedih yang tak bisa kulepas hanya dengan tangisan
Kuredakan takutku: kubayangkan hangat punggungmu dengan wajahku menempel disana
Sembari berdoa engkau selalu dilindungi, disayangi, dirahmati Allah.
...
Labungkari, 22 Maret 2018
Wednesday, March 21, 2018
Kepada Para Tikus
Ketika engkau, perlahan, menggerogoti harta negara
Ketika engkau mengambil sesuatu yang kamu tak berhak atasnya
Tidakkah terbayang wajah tanpa dosa anak yang semalam pulas disampingmu?
Anak yang selalu engkau jadikan alasan untuk memenuhi kerakusanmu
Tidakkah teringat nasib istrimu kelak jika busukmu tercium?
Istri yang tak malu-malu engkau jadikan tumbal ambisimu
Tidakkah terlintas Tuhan di benakmu?
Tuhan yang selalu engkau salahkan ketika hal buruk menimpamu
Jangan pernah membawa-bawa nama anak, nama istri, nama Tuhan ketika dosamu tersingkap!
Jangan!!
Karena ketika engkau melakukannya tak sekalipun engkau mengingat mereka!
......
Bone, 1 Maret 2018
Wednesday, January 3, 2018
Setahun Pergimu
Dini hari di kota itu
Berkilo-kilo meter darimu
Aku masih terjaga memandangi laptop dengan hati tak tentu
Tapi aku tak bergegas pulang padamu
Kupikir ketika tugas negara ini selesai aku masih bisa menemui senyummu
Berada di sisimu, memegang tanganmu meski itu tak meredakan sakitmu
Tak mendapat pelukanmu
Tak mendengar tawa senangmu
Yang biasanya menyambutku tiap kali aku ke rumah itu
Dengan selembar kain menutupi sekujur tubuhmu
Sungguh ketika itu aku berharap itu bukan engkau
Aku berharap hanya sedang bermimpi buruk dalam tidurku
Dan menahan tangis itu sangat sakit
Dan semua itu tak merubah kenyataan:
Kita berada pada dunia berbeda
Dini hari di kota itu
Berkilo-kilo meter darimu
Separuh hatiku pergi bersamamu
....
Aku tetap merindu
Hanya bisa menitipkanmu pada Allah Sang Pemilik Kehidupan
Semoga doa-doaku untukmu diterima-Nya
....