Wednesday, July 12, 2023

Integritas

Aku sedari dulu bertanya-tanya tentangnya: 
seperti apa rupa Sang Integritas yang namanya di telingaku terdengar begitu indah
Ke Utara, ke Selatan, ke Timur, ke Barat
Aku tak kunjung menemukannya
....

Pada suatu kesempatan 
Aku bertanya pada seorang nelayan 
yang kukenal dalam perjalanan
Apakah bapak kenal integritas? 
Atau memilikinya? 
Atau minimal pernah bertemu dengannya?
Sang nelayan dengan ringan menjawab
"Dulu aku pernah mengenalnya, 
Bapakku menitipkannya kepadaku sebelum beliau berpulang"
Bolehkan Aku bertemu dengannya? Tanyaku sumringah
"Anda terlambat", jawab Sang Nelayan, 
"Dia telah tergadai disebabkan kehidupan kami yang begitu pahit dan kebutuhan yang sangat banyak" jelasnya
Buruh pabrik, petani, guru honorer, asn yang mendengar jawaban Sang Nelayan ikut membenarkan
"Ya, sungguh dia telah kami gadaikan, dan kami sampai kini tak mampu menebusnya kembali", timpal mereka
"Apakah Bapak akan menebusnya jika punya kemampuan untuk itu?" Tanyaku penasaran
"Ah, kami sudah terlalu lama menggadaikannya, kami bahkan lupa pernah memilikinya.
Tak guna juga kami tebus dia kembali, rasanya tak membuat hidup kami lebih baik"
Seperti ada luka menganga di hatiku mendengar jawaban mereka
 

Aku tak patah arang
Jika orang-orang "biasa" tak lagi mengenal integritas, mungkin para pejabat mengenalnya
Lalu kutanyakan pada salah seorang pejabat nomor satu di tempatku tentang Integritas
Dengan tertawa kecil Sang Pejabat menjawab
"Wahai, aku pun belum sempat mengenalnya
Namun dari cerita yang kudengar, Dia telah mati, dengan cara yang paling mengenaskan
Dia mati merana dalam kesepian
Tak ada yang merawatnya semasa hidup, bahkan ketika dia matipun tak ada yang menyadarinya
Tak ada yang bersedih atas kepergiannya
Seolah dia memang tak pernah ada di muka bumi," jelas Sang Pejabat
.....

Mataku beranak sungai mendapati kenyataan 
Sang Pemilik nama yang indah itu, yang berlelah-lelah kucari, telah berkalang tanah
......

Kendari, 6 Mei 2023

Tuesday, June 14, 2022

Perempuan Milenial

 

Tergesa perempuan itu berjalan

Langkahnya tak lagi beraturan

Melewati banyak orang yang juga tergesa

Menuju stasiun kereta

 

Cukup tertinggal kereta pertama

Kereta kedua tak boleh terlewat

Jika tak hendak absen terlambat

Yang berarti gaji bulanan disunat

 

Bergegas dia masuki gerbong yang sebentar lagi melaju

Dia harus berjuang untuk duduk, meski harus saling sikut

Perjalanan satu jam setengah terlalu jauh

Jika harus ditempuh dengan berdiri sepanjang waktu

 

Satu dua tetes keringat tak lantas membuatnya kuyu

Wajahnya tetap ayu

Polesan make-up nya sempurna selalu

Hasil belajar bertahun-tahun

 

Orang yang melihatnya hanya tau dia cantik bak artis

Pipi mulusnya merona seperti tak berpori

Mata indahnya diteduhi bulu yang tebal dan lentik

Bibir merahnya selalu dipenuhi senyum manis

 

Orang tak pernah tau dan tak akan pernah peduli

Berapa banyak sedih dan susah yang ditutupinya dengan sapuan bedaknya

Berapa banyak air yang mengalir dibalik bulu mata palsunya

Berapa banyak rapalan doa yang mengalun lirih dari bibirnya

 

Hidup tak selalu ramah dan menyenangkan buatnya

Tapi dijalaninya dengan setia pada suami, anak dan sedikit temannya

Dihadapinya dengan giat dan profesional di tempat kerja

Dia, sang perempuan tangguh milenial

.......

 

Kendari, 4 Des 2021

Friday, June 26, 2020

Mimpi

Kita bertemu pagi itu

Dalam suasana yang aduhai syahdu

Kau menatapku penuh rindu dan cinta

Jangan tanya rasa di dada

Tak bisa kugambarkan

 

Ku berhenti sejenak menatapmu tak percaya

Engkau masih dengan pesona yang sama

 

Tapi bahkan dalam bahagiaku aku tau

Pertemuan kita pagi itu hanyalah mimpi semu

Aku – entah bagaimana caranya - selalu berhasil mengingat

Sejatinya dunia kita berbeda

Tak mengapa

 

Kuteruskan mimpi pagi itu

Meski semu, mimpi bersamamu selalu indah buatku

 

…….

Kendari, 25 Juni 2020

Thursday, June 25, 2020

Gurau

Padamu yang selalu mencandai kehidupan

Yang selalu membalut kata dengan tawa

Hingga menjadi samar kebenaran dan gurauan

 

Berhentilah! Tersebab gurau yang kau anggap biasa

Ada harap yang menguat lalu menguap

Ada hati yang membuka lalu luka

Tidak kah sedikit saja kau rasa iba?


...
Kendari, 25 Juni 2020

Thursday, March 22, 2018

Tentang Kamu - 2

Malam sudah cukup larut
Kantuk belum mendatangiku
Kita berbaring bersisian, engkau di kananku
Selalu begitu
Biar aku selalu bisa memelukmu
Aku belum lagi usia belasan ketika itu

Sekelebatan pikiran mampir di kepala:
Bagaimana jika engkau meninggal?
Kututup mataku kuat, berharap pikiran buruk itu segera minggat
Kupeluk engkau sangat erat, hingga engkau berbalik, mungkin tak nyaman
Kubenamkan wajah di punggungmu yang hangat
Sembari terus berdoa engkau diberi umur panjang & selalu dilindungi Allah
Ketakutan menemaniku cukup lama
Malam itu tidurku tak pulas
...

Puluhan tahun kemudian ketakutan itu kembali dengan kadar yang jauh jauh lebih besar
Kali ini bukan sekedar kelebatan pikiran, ini kenyataan
Entah kemana teriakanku di malam berita kepergianmu sampai di telinga
Tangisku tanpa suara
Ada sedih yang tak bisa kulepas hanya dengan tangisan
Kuredakan takutku: kubayangkan hangat punggungmu dengan wajahku menempel disana
Sembari berdoa engkau selalu dilindungi, disayangi, dirahmati Allah.
...
Labungkari, 22 Maret 2018

Wednesday, March 21, 2018

Kepada Para Tikus

Ketika engkau, perlahan, menggerogoti harta negara
Ketika engkau mengambil sesuatu yang kamu tak berhak atasnya
Tidakkah terbayang wajah tanpa dosa anak yang semalam pulas disampingmu?
Anak yang selalu engkau jadikan alasan untuk memenuhi kerakusanmu
Tidakkah teringat nasib istrimu kelak jika busukmu tercium?
Istri yang tak malu-malu engkau jadikan tumbal ambisimu
Tidakkah terlintas Tuhan di benakmu?
Tuhan yang selalu engkau salahkan ketika hal buruk menimpamu

Jangan pernah membawa-bawa nama anak, nama istri, nama Tuhan ketika dosamu tersingkap!
Jangan!!
Karena ketika engkau melakukannya tak sekalipun engkau mengingat mereka!
......

Bone, 1 Maret 2018

Wednesday, January 3, 2018

Setahun Pergimu

Setahun lalu
Dini hari di kota itu
Berkilo-kilo meter darimu
Aku masih terjaga memandangi laptop dengan hati tak tentu

Aku tahu engkau sedang berjuang melawan sakitmu
Tapi aku tak bergegas pulang padamu
Kupikir ketika tugas negara ini selesai aku masih bisa menemui senyummu
Berada di sisimu, memegang tanganmu meski itu tak meredakan sakitmu

Dan ketika kembali, aku tak menemukan senyummu
Tak mendapat pelukanmu
Tak mendengar tawa senangmu
Yang biasanya menyambutku tiap kali aku ke rumah itu

Kali ini engkau menyambutku sembari tertidur
Dengan selembar kain menutupi sekujur tubuhmu
Sungguh ketika itu aku berharap itu bukan engkau
Aku berharap hanya sedang bermimpi buruk dalam tidurku

Ah betapa penyesalan itu sangat pahit
Dan menahan tangis itu sangat sakit
Dan semua itu tak merubah kenyataan:
Kita berada pada dunia berbeda

Setahun lalu
Dini hari di kota itu
Berkilo-kilo meter darimu
Separuh hatiku pergi bersamamu
....

Setahun berlalu
Aku tetap merindu
Hanya bisa menitipkanmu pada Allah Sang Pemilik Kehidupan
Semoga doa-doaku untukmu diterima-Nya
....
Jakarta, 5 Oktober 2017