Thursday, December 29, 2011

Rokok

Kulayangkan pandang ke kanan
Seorang anak Laki-laki kecil berbaju merah
Berjongkok menatap kosong ke depan
Di tangannya sebatang rokok menyala
Diisapnya sambil memejamkan mata
Lalu dengan penuh perasaan
Dilepasnya asap dengan mulut dimonyongkan
Sesekali rokok diserahkannya
Pada anak yang lebih kecil di sebelahnya
Lincah memutar rokok diantara jemarinya
Kepulan asap dari hidung dan mulutnya
Mengingatkanku pada tokoh naga di sebuah novel yang pernah kubaca
Ah, bahkan mereka belum lagi menginjak bangku sekolah dasar

Kulayangkan pandang ke depan
Seorang perempuan muda
Cantik dengan rambut terurai panjang
Menarik dengan penampilannya yang sederhana nan elegan
Jemarinya turun naik dari pangkuan ke mulutnya
Asap tipis keluar dari balik bibir merahnya
Ah, bahkan keramaian tak jua menghentikannya

Di sebelah kiri sana
Seorang lelaki renta
Berpegang pada sebatang tongkat
Batuk seperti jadi teman baik yang tak lepas menemaninya
Sebatang rokok lintingan terselip diantara jemarinya yang gemetar
Ah, bahkan gerogotan penyakit tak membuatnya jera

Ada dimana-mana
Tak kenal tempat
“Dinikmati” siapa saja
Tak kenal usia
Tak kenal jenis kelamin

Dan kau pemerintah
Sejauh mana peranmu menghindarkan rakyatmu darinya?
.......


Makassar, 2 November 2011

Thursday, November 17, 2011

Kereta Pukul 17.45


Penumpang berdesakan keluar
Mengingatkanku pada sepotong ayam
Dipenuhi belatung yang bergeliat berbuncah-buncah
Penumpang berjejalan masuk
Sikut sana sini tak mau kalah gesit berebut tempat duduk
Mengingatkanku pada para politisi dan teman-temannya

Segala jenis pedagang
Hilir mudik tak kenal lelah menjajakan dagangannya
Membuatku terkagum-kagum pada keuletan dan kesabaran yang mereka punya
Segala jenis pengemis
Mondar mandir tak kenal lelah menengadahkan tangannya
Memutuskan urat iba yang kupunya

Penumpang di kananku tertidur
Sesekali bahu dan kepalanya tersentak-sentak ke arahku
Mengingatkanku pada boneka leher di mobil sepupuku
Penumpang di kiriku tak hentinya menggoyangkan kaki
Mengingatkanku pada mesin jahit

Penumpang di ujung sana yang tadinya tergelak-gelak
Mendadak tertidur pulas
Ketika seorang perempuan hamil memegang perut berdiri di depannya
Mengingatkanku pada artis-artis ibukota dengan sandiwaranya
Dan pada pemerintah dengan ketidakpeduliannya

Seorang anak meraung dengan suara memekakkan telinga
Memegangi kepalanya yang tadi terbentur dan menikmati sakit bekas cubitan ibunya
Seorang pedagang hilang kesimbangan
Ember di tangannya terjatuh menumpahkan air dan isi lainnya
Mengingatkanku pada seseorang dengan “anggap saja pengaruh luka (robek) di kepala”nya

Langit mulai gelap
Kereta belum juga tiba di tujuan
………..

Jakarta, February 2011

Kau


Memandangmu jauh di depan situ
Berdiri mematung
Dengan diam yang membunuh
Dengan tatapan angkuh
Kurasakan sembilu di hatiku


Wajah tak berdosamu
Senyum manismu
Kata-kata indahmu
Keramahan dan kebaikanmu
Semata topeng untukku


Kupinta yang kau janjikan dulu
Yang kudapat hanya tatapan penuh kebencian itu
Dan diam yang menyesakkan dada itu
Dan keangkuhan yang menyakitkan hati itu
Kusesali bodohnya aku jatuhkan pilihan padamu


Pernahkah kau, sedikit saja, peduli pada deritaku?
Atau setidaknya mengingat diriku?
Tak adakah sedikit sesal dihatimu
Bahwa kau telah menyianyiakan aku
Yang memercayaimu?
………………

Jakarta, Juni 2011

Tuesday, October 11, 2011

Lagu tak merdu

Kututup telinga
Ah, lagu itu lagi; sungguh ku tak suka!
Heran, kenapa orang begitu menggemarinya
Nadanya datar seperti tak berasa
Liriknya sangat biasa, rayuan cinta picisan
Lalu mengapa orang-orang menyukainya?
Tak kutemukan alasan!
Sungguh tak ada!
Tiap berpapasan dengannya
Segera kuputar langkah melewati jalan berbeda

Selang waktu berlalu
Kudengar diriku berdendang penuh suka cita meski tak merdu
Lagu itu!
…………………

Kau dalam secangkir kopi


Sama seperti masa lalu
Yang kerap memerangkapmu
Hitam
Pekat

Sama seperti bahasamu
Yang berintonasi penuh
Pahit
Menggigit

Sama seperti semangatmu
Yang berkobar tak kenal putus
Panas
Menggelora

Kau
Dalam cangkir kopiku
Tak begitu kusenangi rasamu
Tapi kupuja sungguh wangimu
.......

Tuesday, October 4, 2011

Makassar Pukul 06.30

Seorang petugas berdiri tegap
Dengan senyum tipis di wajah
Menahan langkah seorang ibu yang memasang wajah memelas
Memohon masuk tanpa tiket di tangan

Makian pelan seorang ibu setengah baya
Dengan bawaan begitu banyak
Yang antri sedari pagi buta
Lalu diserobot seorang perempuan muda

Seorang anak lelaki bermasker
Lengkap dengan kacamata hitam dan sarung tangan
Merangsek masuk tak sabar
Menyenggol lelaki tua yang hanya bisa mengelus dada melihat kelakuannya

Kakikaki putih mulus nan jenjang
Dibalik rok semata kaki yang robek hingga setengah paha
Melenggang pelan
Tinggalkan pandang tak lepas banyak pasang mata

Perempuan cantik berjilbab
Berpakaian dinas lengkap
Mondarmandir tak sabar
Lalu menghilang di pintu keluar

Matahari belum tinggi
Burungburung masih riang bernyanyi
Sebelum sang singa membawaku pergi
Kutitip hati disini
Hingga saatnya nanti kukembali lagi

..............

Monday, October 3, 2011

Malinau di Malam Hari

Gelap hampir gulita
Lampu jalan sangat langka
Hanya satu dua dengan nyala tak nyata

Jejeran burung gereja
Di kabel listrik lepaskan penat
Santai lepaskan kotoran ke bawah sana

Anjinganjing berkeliaran
Seberangi jalan sembarangan
Dengan pandangnya yang nyalang

Megahnya kantor pemda
Dengan kerlip lampu hias nan indah
Diantara rumahrumah yang kerap gelap

Laju kencang motor dua tak
Lalui jalanraya sempit berlubang
Dan jembatan yang tak kunjung kelar

Malam boleh semakin larut
Bulan bintang bisa jatuh tertidur
Pembangunan rumah Si Bapak tetap lanjut
…………